23 November 2014

Sampah Internet (Sebuah Problematika Digital)

Pertama-tama.... judulnya legeg, gaya, blagu...hahahaha

Sampah di Dunia Maya

Hari minggu ini adalah liburan yang cukup melelahkan, jadwal bersih-bersih rumah karena sebentar lagi menghadapi UAS dan pengerjaan raport. Tentu sebagai guru, saya tidak ingin ada berkas baru yang tertukar atau ikut nyelip di antara berkas-berkas lama semester dan tahun ajaran lalu. Kumpulan kertas tugas, lembar jawaban, kliping, catatan pribadi siswa, buku absensi, dan tumpukan soal-soal yang sebenarnya ada softfile-nya menggunung dan harus segera dibersihkan.

Sambil sesekali mengecek notif di HP, ada sebuah notif di FB yang mengomentari foto yang diupload beberapa tahun yang lalu…. Waw…. Masih ada yang buka-buka foto itu.

Sambil melanjutkan beres-beres, lamunan melayang jauh ke masa ketika baru mengenal internet lebih dari selusin tahun yang lalu. Akun email pertama yang saya buat memang sudah hilang sejak si pemilik situs memutuskan untuk mengenakan tarif untuk jasa e-mailnya. Tapi akun pertama di Yahoo (google belum bikin gmail) masih tetap aktif sampai sekarang, dan beberapa email dari zaman presiden Habibie masih bisa dibaca.

Kalau memang email pribadi saya saja masih tersimpan, berarti email dari jutaan akun yang lain juga. Tidak semua email itu berisi data yang penting. Alayers yang membuat email cuma untuk bikin akun Facebook, twitter, dll yang membiarkan semua ceklis di daftar notification tetap menyala biru juga pasti masih ada. Walaupun sekarang yahoo punya kebijakan akun yang beberapa bulan tidak dikunjungi akan disuspend dan menyebabkan banyak orang kelimpungan karena cuma tau akunnya saja tanpa tau bagaimana buka akun tersebut cuma gara-gara akun tersebut dibuatkan oleh orang lain.

Belum lagi blog-blog yang ditulis di penyedia blog gratisan, akun-akun yang sekali dibuat lalu ditinggalkan, foto-foto gak penting yang entah sengaja atau tidak sengaja terupload, blog yang isinya murni copy-paste, sampai ke video gak penting atau video yang menduplikat video lainnya masih tersebar di Youtube.

Pertanyaannya….. Bukankah itu semua sampah?
Sampah memakan tempat/ space di server, sampah membuat kinerja server lebih berat, kinerja yang berat berarti mengharuskan server menambah besar kapasitasnya yang berarti uang lagi

Sampah harus dibersihkan.  Tapi untuk sampah internet ini bukan hal yang mudah membersihkannya, setidaknya pembuangan dan pemusnahan sampah internet ini harus menjawab pertanyaan….:
1.   What?  Sampah apa yang akan dibuang. Sesuatu yang lama belum tentu sampah, yang baru pun belum tentu bermanfaat. Ijazah SD tentu saja tidak boleh dibuang, tapi surat tagihan kartu kredit untuk apa disimpan? Bukan kah sulit menentukan kriterianya. Halaman/file yang tidak pernah dibuka sejak upload pertamanya juga tidak berarti dia tidak dibutuhkan lagi oleh pemiliknya, file baru pun demikian, bisa saja pemiliknya sudah tidak memerlukannya sama sekali.
2.       Why?   Selain kriterianya harus jelas (bahkan karena jelasnya akan makin bias), diperlukan alasan yang kuat untuk melakukan aksi bersih-bersih ini. Setidaknya sudah dua kali saya direpotkan oleh aksi penutupan dia buah situs media sosial gratis yang berujung pada penghapusan seluruh konten yang kita simpan di dalamnya. Saya pernah hampir kehilangan semua foto yang di simpan di www.Friendster.com dan harus rela kehilangan semua koleksi puisi buatan saya semasa SMA dan Kuliah dulu di www.geocities.com (konon kertas-kertas puisi aslinya sudah dibuang juga oleh bundanya anak saya karena menumpuk tidak jelas)
3.       When?  Melihat dua contoh di atas, bukan tidak mungkin suatu saat facebook, twitter, instagram, yahoo, bahkan youtube dan gmail pun akan tutup lapak tampa perlu melakukan bersih-bersih. Sama halnya dengan pembakaran hutan di sumatera dan kalimantan, dibakar habis tanpa pandang bulu mana rumput, mana jati karena sudah terlalu pekat semak belukarnya.
4.       Where?  Ini pertanyaan yang sulit, bukan karena saya tidak tahu jawabannya, tetapi karena internet sudah sejak lama menghilangkan batasan ruang. Tidak ada lagi batas teritorial di internet. Jadi di mana akan menjadi sia-sia untuk dijawab…. (tak ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab seorang guru…hahahahaha)
5.       Who?  Siapa? Apanya? Yang ngapus? Yang bisa melalukannya tentu saja si pemilik server dan si pemilik akun. Sebelum dihapus oleh yang punya rumah, mending kita hapus saja sendiri.
6.       How?  Bagaimana? Kumaha? Pie? Bukankah dari atas kita membahas bagaimana cara menghapus sampah tidak penting di internet. Masih belum faham? Baca lagi dari atas, kalau masih belum mengerti juga nanti kita adakan les tambahan. Atau anda akan kena remedial


No comments: